Kamis, 07 Oktober 2010

THE POWER OF NEKAT !!!

Kok Bisa, Ya?

Tahun delapan puluhan, ketika kami sekeluarga pindah ke rumah sekarang, daerah di sekitarnya masih berupa kebun-kebun kosong yang sepi. Kemudian salah satu tetangga kami membuat lapangan bulutangkis. Agak berjauhan sedikit, tetangga lainnya mendirikan warung.

Warung itu cukup ramai dikunjungi pengamen. Saya tak paham kenapa pengamen gemar berhimpun di sana. Mungkin tempatnya enak untuk latihan. Yang jelas, mereka sudah genjreng-genjreng gitar dan kecrek-kecrek tamburin mulai jam 8 malam. Sering ketika saya bekerja sampai dini hari, mereka masih bernyanyi.Ibu saya beranggapan suara mereka lumayan merdu. Mereka bisa lagu apa saja: dangdut segala genre, campur sari, pop, keroncong, rock, Waljinah sampai Seurieus.

Dari sudut lain rumah kami, tampak para pemain yang berlaga di lapangan bulutangkis. Terdengar suara pukulan pak-pok-pak-pok diselingi gerutu bila ada shuttlecock salah mendarat atau smes yang gagal dikembalikan. Kadang-kadang pecah pertengkaran - lumayan serius - jika terjadi selisih pendapat soal itu. Hampir serempak dengan para pengamen, mereka mulaibermain bulutangkis dari pukul 8 malam dan sering baru berhenti menjelang pukul 2 pagi.

Kalau dihitung-hitung, kedua kerumunan itu - pemain badminton dan pengamen - sudah menjalankan ritual mereka puluhan tahun lamanya hingga kini. Pak-pok-pak-pok. Jreng-jreng-kecrek-kecrek. Pak-pok-pak-pok. Jreng-jreng-kecrek-kecrek.

Tapi sepengamatan saya, belum ada satupunpebulutangkis top lahir dari lapangan tersebut. Saya juga tak pernah melihat ada album laris muncul dari para pengamen di warung itu. Sampai sekarang. Belakangan saya tersadar: fenomena ini ada di mana-mana. Banyak orang merasa sudah bekerja bagaikan romusha puluhan tahun, tapi gaji dan pangkatnya tidak naik-naik. Ribuan orang -merdu suaranya, piawai musiknya- berharap bisa menjadi musisi terkenal, tapi keajaiban itu tak juga muncul. Sebutkan saja sembarang profesi, apapun itu - dan selalu bisa ditemukan fenomena serupa.

Tapi gejala sebaliknya juga ada! pengamen ndeso tak dikenal tahu-tahu muncul di TV kita dengan video klip baru. Atlet lugu menang kejuruan se-Asia. Eksekutif top sebuah perusahaan raksasa ternyata dulunya juru parkir bioskop. Pedagang bergerobak menjadi bos jaringan restoran. Kisah mereka nyata. Tak pelak lagi, menurut ukuran umum, mereka ini sukses.

Kenapa ada orang sukses yang melesat dari posisi yang semula serba biasa-biasa? Kok bisa, ya? Dan kenapa ada orang lain yang terus saja berkubang di "comberan" yang sama?

Pak-pok-pak-pok. Jreng-jreng-kecrek-kecrek. Bulan berlalu, tahun berganti.

Ayo Nyebur!
Apakah Anda merasa dongkol karena cita-cita atau impian Anda belum kesampaian?

Jika begitu, baguslah1 Sebab, dongkol itu sebetulnya positif.

Anda tidak sendirian. Ada ribuan orang lain yang merasa geram bercampur kecewa karena sudah capek-capek berusaha tapi tujuan yang diimpikannya belum juga terwujud. Angka penjualan di bawah target melulu, bergada tapi bolak-balik rugi,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar